12 April 2011

MUKOMUKO PROGRAMKAN PENGURANGAN PEMAKAIAN PUPUK ANORGANIK

Mukomuko, Bengkulu, 8/4 (ANTARA) - Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, memprogramkan pengurangan pemakaian pupuk anorganik guna mengantisipasi resiko kerusakan lahan pertanian.

"Sosialisasi kepada petani terus dilakukan supaya pemakaian pupuk anorganik dikurangi," kata Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko Syafriadi di Mukomuko, Jumat.Ia mengatakan, petani harus diberikan pemahaman tentang keuntungan dan kerugian menggunakan pupuk anorganik, supaya keinginan menggunakan bahan penyubur yang instan tetapi merusak tanah semakin ditinggalkan.

"Jika dihilangkan sama sekali membutuhkan waktu cukup panjang, tapi minimal petani menguranginya dengan mencampurkan pupuk organik, bisa saja tahap pertama pupuk anorganik yang lebih banyak tetapi untuk selanjutnya pupuk organik yang lebih banyak," urainya.

Pemakaian pupuk anorganik di daerah ini sesuai dengan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) pada tahun ini seperti Urea 3.342 ton, SP36 863 ton, Za 628, NPK 5.069 ton, sedangkan pupuk organik hanya 1.759 ton.

"Kalau sekarang petani lebih cenderung menggunakan pupuk anorganik, sehingga agen pupuk subsidi kesulitan dalam memasarkan pupuk organik," ujarnya.

Langkah lain untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik itu seperti memperbanyak usulan pembangunan rumah kompos dan memanfaatkan 10 rumah kompos yang ada untuk memproduksi pupuk organik.

"2011 ini kami telah mengusulkan kepada kementerian pertanian penambahan rumah kompos dan disetujui sebanyak enam unit," ujarnya.

Selain itu menyiapkan bahan baku yang masih sangat terbatas seperti mengajak kelompok tani yang mendapat bantuan rumah kompos untuk beternak sapi agar kotorannya bisa dimanfaatkan.

"Beberapa bahan baku seperti daun-daunan, sisa dari panen padi, dan sisa pengolahan tandan buah segar," urainya.

Staf bidang Sarana dan Prasarana DP3K Kabupaten Mukomuko Matonang Simanjuntak, mengakui, bantuan 7 unit rumah kompos belum bisa maksimal beraktivitas, karena kegiatan pembangunan baru selesai Maret 2011.

"Tujuh kelompok tani baru menerima kucuran dana dari kementerian pertanian pada 26 Desember 2010, dan dikerjakan pada 2011," urainya.
Ia menjelaskan, dua dari tujuh rumah kompos sudah beroperasi dan memproduksi pupuk organik sedangkan lima masih terkendala biaya untuk membeli bahan bahan baku.

"Kami sudah melakukan evaluasi kegiatan pembangunan rumah kompos, namun dana sebesar Rp100 juta per unit tidak mencukupi, dan sekitar 12,5 persen kekurangan anggaran terpaksa ditutupi dari kas kelompok tani," urainya.

Idealnya, ke depan pembangunan bangunan ditambah dari Rp50 juta menjadi Rp70 juta, sehingga tidak harus menggunakan uang dari kelompok tani.

Tujuh kelompok tani yang menerima bantuan rumah kompos yakni, Kolompok tani bangun bersama, karya jaya, jasa tani, ngudi rezeki, sumber rezeki, campur sari dan sido dadi.

"Tiga kelompok tani lainnya, menerima bantuan rumah kompos pada 2008 hingga 2009 seperti kelompok tani bagio mulyo, Tirta makmur, dan kelompok tani Desa Tunggal Jaya, Kecamatan Teramang Jaya," urainya.

© Copyright 2011 Perum LKBN Antara Biro Bengkulu . All rights reserved | Contact Us | About Us

Back to TOP