09 Februari 2011

BENGKULU BUTUHKAN ENAM PABRIK CPO

Bengkulu, 15/1 (ANTARA) - Provinsi Bengkulu membutuhkan sekitar enam pabrik pengolahan buah kelapa sawit baru, untuk memenuhi pengolahan buah kelapa sawit petani daerah setempat.

Sekarang baru ada 13 buah pabrik pengolahan buah kelapa sawit (CPO) dengan kapasitas antara 30 sampai 60 ton per jam, kata Kabid Usaha Tani Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu Ir Ricky Gunawan, Sabtu.Ke-enam pabrik baru itu akan di bangun di Kabupaten Kaur, Bengkulu Tengah, Seluma, Kabupaten Bengkulu Utara dan di Kabupaten Mukomuko, sekarang investornya tahap survei.

Selama ini diprediksi Bengkulu kekurangan sekitar 12 pabrik baru, namun setelah di evaluasi ternyata tinggal kurang enam unit lagi dengan produksi 24 jam.

Kapasitas pabrik pengolahan buah kelapa sawit petani itu rata-rata di atas 30 ton per jam, sehingga dapat melayani produksi tanaman kelapa sawit petani.

Sedangkan pabrik yang ada sekarang sebagian besar milik perusahaan perkebunan besar di daerah ini antara lain milik PT Agricinal, PT Agro Muko, PT Darya Dharma dan Pt Agri Andalas.

Apabila tanaman kelapa sawit perkebunan besar itu tengah panen raya serentak, maka buah kelapa sawit petani per orangan tidak bisa tertampung dan terpkasa di proses pada pabrik di luar Bengkulu.

Minimnya keberadaan pabrik pengolahan sawit rakyat itu membuat harga pada tingkat petani anjlok dan rata-rata di bawah Rp1.000 per kilogram.

Sedangkan harga buah kelapa sawit di luar Bengkulu sudah di atas Rp1.500 per kilogram, dengan demikian petani dirugikan terlebih biaya pupuk dan pengolahan makin tinggi.

Luas tanaman kelapa sawit di Provinsi Bengkulu saat ini tercatat 114.651 haktare dengan produksi rata-rata 2,2 juta per tahun.

Seorang petani kelapa sawit H Marbawi mengatakan, rencana penambahan pabrik kelapa sawit di Bengkulu sudah sejak lima tahun lalu, namun baru beberapa unit saja terealisasi.

"Kami sangat mengharapkan tamabahan pabrik pengolahan buah kelapa sawit di daerah ini agar harga buah kelapa sawit bisa sejajar dengan daerah lain yaitu rata-rata di atas Rp1.600 per kilogram," katanya.

Sekarang kaya raya adalah pedagang pengumpul, sedangkan petani makin terpuruk akibat rendahnya harga buah kelapa sawit dan tingginya biaya pemeliharaan dan pupuk, katanya.

© Copyright 2011 Perum LKBN Antara Biro Bengkulu . All rights reserved | Contact Us | About Us

Back to TOP