06 Juli 2010

BATU BARA MASIH MENCEMARI AIR MINUM BENGKULU Oleh Marini Sipayung

Sungai Bengkulu yang selama ini menjadi andalan bagi warga setempat untuk berbagai keperluan, kini semakin tercemar akibat penambangan batu bara di bagian hulunya.

Daerah Aliran Sungai Bengkulu secara regional dan administratif terletak di dua kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Hulunya terletak di Kabupaten Bengkulu Tengah, sedangkan bagian hilir membelah Kota Bengkulu yang meliputi enam kecamatan yaitu Muara Bangka Hulu, Gading Cempaka, Teluk Segara, Ratu Agung, Sungai Serut dan Selebar.Areal Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengkulu mencapai 51.500 hektare (ha) yang terdiri atas tiga sub-DAS yaitu sub-DAS Susup seluas 9.890 ha, sub-DAS Rindu Hati 19.207 ha, dan sub-DAS Air Bengkulu Hilir 22.402 ha.

Sungai Bengkulu selama memiliki fungsi utama sebagai sumber air minum bagi masyarakat khususnya di dua kabupaten/kota tersebut.

Namun penelitian Yayasan Ulayat Bengkulu menyebutkan kegiatan beberapa tambang batu bara dan aktivitas pabrik pengolahan karet di hulu DAS membuat kualitas air Sungai Bengkulu semakin mengkhawatirkan untuk dikonsumsi.

Padahal sebanyak 7.000 pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bengkulu mengonsumsi air tersebut setiap hari.

Oka mengatakan kualitas air Sungai Bengkulu yang didistribusi ke pelanggan PDAM tersebut tidak layak konsumsi sebab analisis yang dilakukan Ulayat menunjukkan warna dan kekeruhan sudah melebihi ambang batas normal.

Penelitian Ulayat bersama Universitas Bengkulu menunjukkan kualitas air dari sampel di beberapa titik menunjukkan air Sungai Bengkulu sudah melebihi ambang batas baku mutu normal yang ditetapkan Kementerian Kesehatan melalui Permen nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.

Parameter yang dianalisis pada sampel antara lain kandungan besi yang mencapai 1,12 mg per liter akibat aktivitas tambang batu bara dan mengakibatkan warna air menjadi kuning, rasa tidak enak dan pertumbuhan bakteri.

Sementara kandungan Cromium (Cr) dari sampel air intake PDAM mencapai 30,9 mg per liter dan sampel Sungai Penawai sebesar 31,8 mg per liter sedangkan standar baku mutu dari kesehatan adalah 1 mg per liter.

"Kandungan Cromium yang tinggi ini akan bersifat racun yang apabila dikonsumsi akan mengganggu fungsi hati, ginjal, pernapasan, dan dapat menyebabkan kerusakan kulit," katanya.

Sementara parameter lain yang dianalisis yaitu Magnesium (Mg), Calsium (Ca), Alkalinity, Amonia (NH4), Fosfat (PO3)3-, Nitrat (N-NO3-), Nitrit (N-NO2-), Aluminium (Al), Mangan (Mn), Klorida (Cl), Oksigen terlarut, dan Natrium, belum melewati ambang batas baku mutu.

Oka mengatakan hasil penelitian ini sudah disampaikan kepada publik melalui berbagai media yang ada antara lain televisi, media cetak dan forum diskusi dengan berbagai pihak terkait.

Ia mengatakan pencemaran terhadap Sungai Bengkulu harus segera diatasi khususnya pencemaran limbah batu bara sebab dampaknya selain memperburuk kualitas air minum juga terjadi sedimentasi sehingga saat curah hujan tinggi terjadi banjir di hilir.

"Ini sudah terbukti dengan banjir musiman di Kecamatan Sungai Serut dan Muara Bangkahulu yang merendam permukiman masyarakat walau hujan hanya terjadi di bagian hulu sungai," katanya.

Pencemaran Sungai Bengkulu akibat limbah batu bara menimbulkan aktivitas baru bagi nelayan Bengkulu yang beralih menjadi pengumpul limbah batu bara.

Ulayat mencatat tidak kurang dari 500 nelayan dan petani beralih menjadi pengumpul limbah batu bara yang terdapat di sepanjang aliran sungai hingga ke muara sungai bahkan ke tepi laut.

"Limbah batu bara yang dibuang ke Sungai Bengkulu sangat banyak, terbukti dari aktivitas masyarakat yang setiap hari mengumpul limbah itu dan ini mencapai ribuan karung," kata Manajer Kampanye Ulayat Vivin Susanti.

Ia mengatakan aktivitas tambang milik PT Danau Mas Hitam, PT Bukit Bara Utama dan beberapa tambang batu bara lainnya di hulu Sungai Bengkulu telah mencemari sungai itu dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut dia, semua elemen terkait harus menunjukkan komitmen terhadap kelestarian DAS Bengkulu sehingga fungsinya selain sumber air minum juga untuk irigasi bisa ditingkatkan.

"Empat tahun terakhir kami sudah membina masyarakat di Desa Rindu Hati yang ada di hulu sungai untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap DAS Sungai Bengkulu dan terlibat langsung melestarikan dan menjaga Hutan Lindung Rindu Hati.

Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bengkulu Winarkus menyebutkan potensi batu bara Bengkulu mencapai 161,53 juta ton yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Kaur, Seluma, termasuk Bengkulu Tengah.

Dari potensi itu yang tereka 59,82 juta ton dan terunjuk 29,98 juta ton serta terukur 71,72 juta ton, dan Bengkulu Tengah di sekitar Hutan Lindung Rindu Hati yang potensinya tergolong tinggi.

Ia menambahkan pertambangan batu bara di hulu Sungai Bengkulu dioperasikan PT Bukit Sunur, PT Danau Mas Hitam dan PT Bukit Bara Utama dengan produksi 700 ribu ton per tahun.

"Pertambangan batu bara pertama di Bengkulu memang dilakukan di sekitar Hutan Lindung Rindu Hati ini sejak 1980-an sehingga wajar limbahnya tinggi tapi kami tetap memantau perusahaan itu untuk mengawasi limbahnya," katanya.


Sumber Air PDAM
Sementara itu, Direktur PDAM Kota Bengkulu Ichsan Ramli mengatakan pihaknya hingga kini masih mempertahankan sumber air dari Sungai Bengkulu untuk melayani 7.000 pelanggan meskipun pencemarannya cukup tinggi.

"Kami masih menggunakan air itu dan pengolahannya berbeda dengan instalasi pengolahan air dari Sungai Nelas karena sumber air dari Sungai Bengkulu lebih tinggi tingkat pencemarannya," katanya.

Sumber air minum dari Sungai Bengkulu, kata dia, didistribusikan bagi pelanggan di Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Teluk Segara dan Kecamatan Sungai Serut.

Ia mengakui pencemaran sungai Bengkulu yang berasal dari limbah batu bara dan limbah pabrik karet akan mengganggu kualitas air konsumsi itu.

"Tapi setelah diolah di tempat pengelolaan air Desa Surabaya dengan tawas yang lebih banyak, air itu masih layak konsumsi," katanya.

Untuk melayani air minum 23 ribu pelanggan Kota Bengkulu, PDAM mengambil air dari dua sumber yakni Sungai Bengkulu dan Sungai Nelas yang berada di perbatasan Kota Bengkulu dan Kabupaten Seluma.

Salah seorang warga Kelurahan Sukamerindu Ellywati mengeluhkan kualitas air PDAM yang diterimanya karena airnya lebih sering keruh dan berbau.

"Apalagi kalau turun hujan airnya sangat kuning dan kadang macet karena bercampur lumpur," katanya.

Ellywati mengatakan untuk mengatasi hal itu, ia terpaksa menyaring air tersebut di dalam drum berisi pasir untuk menjernihkan air.

Ia berharap PDAM segera mengatasi hal tersebut sehingga akses masyarakat untuk mendapatkan air bersih terjamin.

© Copyright 2011 Perum LKBN Antara Biro Bengkulu . All rights reserved | Contact Us | About Us

Back to TOP