14 Juni 2010

JARAK PAGAR MASIH BERI HARAPAN BAGI PETANI? Oleh Indra Goeltom


Bengkulu, 2/6 (ANTARA) - "Apa benar tanaman jarak pagar masih memberi harapan bagi kami para petani ini, sebab ketika pemerintah mencanangkan pengembangan tanaman ini beberapa tahun lalu kami cukup semangat. Namun, belakangan program ini seperti tidak terdengar lagi," kata sejumlah petani Kabupaten Muko Muko, Provinsi Bengkulu.

Uangkapan para petani ini tersirat di sela-sela kunjungan Menteri Pertanian Suswono ketika meninjau perkebunan tanaman jarak seluas lebih kurang 40 hektare yang dikembangkan Direktorat Jenderal Pengolaan lahan dan air di Desa Padang Penaek Pasar Sebelah Kabupaten Muko Muko, 20 Mei 2010.Ungkap keluguan dan kejujuran petani ini agaknya sulit dipungkiri, sebab ketika pemerintah sekitar tahun 2006 mencanangkan program pengembangan jarak pagar sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM), muncul semangat dan harapan petani untuk mengubah nasib meningkatkan taraf hidup.

Petani di seluruh negeri ini pun ramai-ramai menanam jarak pagar mulai dari tanaman pekarangan hingga perkebunan, karena pemerintah juga memberikan bantuan bibit jarak unggul.

Kebijakan pemerintah kala itu menyusul akan terjadinya krisis pangan dan energi BBM, karena kandungan cadangan minyak bumi Indonesia terus berkurang dan kemungkinan hanya mampu bertahan sekitar 20 atau 30 tahun mendatang.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun mengeluarkan Peraturan Presiden No 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional, bahwa energi terbarukan perlu dikembangkan karena berasal dari sumber daya yang secara alami tidak akan habis.
Lalu pada tahun yang sama juga mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai bahan bakar berbasis fosil.

Arah kebijakan pemerintah tersebut memfokuskan perlunya dikurangi ketergantungan BBM berbasis fosil dengan mengembangan energi terbarukan berasal dari tanaman biofuel, serta optimalisasi lahan berbasis budi daya jarak pagar secara terpadu dan terintegrasi.

Upaya ini juga mengarah untuk mengurangi kemiskinan di tingkat petani dengan membangkitkan semangat dan mewujudkan Desa Mandiri Pangan serta energi berkelanjutan di pedesaan.

Dari pengembangan jarak pagar dan turunannya juga akan memproduksi minyak jarak pagar atau minyak nabati yang ramah lingkungan, minyak biofuel kerosin sebagai pengganti minyak tanah, dan minyak bio diesel pengganti solar.

Dari ampas atau limbah hasil pengolahan jarak pagar juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti unggas, makanan ikan, udang air tawar dan payau.

Bahkan dari penggunaan teknologi moderen jarak pagar bisa dikembangkan untuk bahan kosmetik, minyak gosok dan lulur, serta sabun perawat anti septik dan herbal.

Kebijakan pemerintah dalam pengembangan jarak pagar itu setidaknya juga membuahkan hasil walau belum optimal seperti keberhasilan di Kabupaten Muko Muko, wilayah pantai berjarak sekitar 250 km arah utara Kota Bengkulu, sehingga mendorong Kementerian Pertanian untuk mengarahkan kembali program tersebut kepada petani.

Perkebunan komiditas tanaman jarak pagar di kabupaten ini perlu dijadikan contoh atau "pilot proyek" di Indonesia, karena pemerintah daerah setempat yang kini dipimpin Bupati Ichwan Yunus mampu mengembangkannya secara terintegrasi dan terpadu.

"Petani kami di sini mempunyai harapan besar dari pengembangan jarak pagar. Saya yakin perkebunan jarak ini bisa berhasil," kata Bupati Muko Muko Ichwan Yunus.

Tanaman jarak pagar di daerah ini mulai dikembangkan pada 2008, dan tahun berikutnya dibangun berbagai sarana pengolahannya sehingga pada 2010 sudah berproduksi.

Harga minyak jarak saat ini mencapai Rp12.000 per liter, namun dengan adanya produk turunannya yang cukup banyak, maka bisa dijual dengan harga Rp5.000 perliter itu pun sudah untung.

Produks buah jarak yang dihasilkan petani di Muko Muko selain minyak solar juga pakan ternak, pakan ikan, kompos oganik yang dibuat dari daun hijau jarak ditambah beberapa campuran lainnya.

Produksi tanaman jarak petani Muko Muko sekitar 120 ton pertahun dari areal tanaman seluas 250 hektare, dan juga menghasilkan pupuk organik antara 120 -140 ton pertahun.

Pemkab setempat pada 2011 akan meningkatkan perluasan areal tanaman jarak pagar mencapai 500 Ha, sebab yang ada sekarang baru 145 ha itupun baru 80 persen berproduksi.

Jangan Pesimistis
Hal yang sama juga diungkapkan Menteri Pertanian Suswono. "Saya masih memiliki harapan terhadap pengembangan tanaman jarak pagar sebagai bahan bakar minyak (BBM) alternatif ini. Apalagi jika semua daerah bisa membangunnya secara terintegrasi dengan produk ikutan seperti sabun, kompos, pakan ternak dan sebagainya," katanya.

Ia menjelaskan, potensi dan prospek tanaman jarak di daerah masih ada, asal pemerintah daerah serius mengembangkan dan menggarapnya dengan memberdayakan petani.

"Kita jangan pesimistis, kerja keras pasti akan membuahkan hasil. Soal pasar jangan khawatir dengan sendirinya akan muncul jika pengembangan jarak dengan produk ikutan bisa dilaksanakan dengan baik," ujarnya.

Program pengembangan tanaman apapun asal dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan akan berhasil, sebab dari produk-produk ikutan akan memberikan nilai tambah bukan saja kepada peningkatkan ekonomi rakyat kecil, tetapi juga akan memberikan pemasukan pendapatan bagi daerah.

Menteri Suswono menjelaskan, Indonesia kini membutuhkan pengembangan energi terbarukan, sebab 20 tahun mendatang tidak bisa lagi mengandalkan minyak bumi dan gas (migas).

Sebab itu, Kementerian Pertanian akan mendorong petani untuk mengembangkan tanaman jarak dan pupuk kompos, seperti yang dilaksanakan Kabupaten Muko Muko bisa dijadikan sebagai daerah percontohan pengembangan tanaman jarak di Indonesia.

Program pengembangan tanaman jarak secara terintegrasi memberi nilai tambah dan banyak manfaatnya untuk rakyat, seperti pengembangan kompos dari limbah biofuel karena pupuk kimia selain harga mahal juga sering petani kesulitan untuk mendapatkannya.

Lalu ampas-ampas limbah dari pengolahan minyak jarak juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi, sebab Indonesia sampai kini masih mengimpor daging hampir 600 ton pertahun.

"Jika kebutuhan daging kita bisa swasembada daging dan ketergantungan terhadap daging impor bisa dihilangkan. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian akan terus mengupayakan pengembangan program pertanian secara terintegrasi dan terpadu," ujarnya.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dalam 25 tahun ke depan sudah memprogramkan pengembangan desa mandiri engeri mengantisipasi kekurangan bahan bakar minyak
Sebab produk minyak berasal dari fosil bumi akan terus bekurang, akibat di eksploitasi secara besar-besaran di seluruh dunia.

Untuk mengatasinya salah satunya adalah dari beberapa jenis tanaman antara lain jarak pagar dan kelapa sawit yang bisa menghasilkan minyak solar, namun khusus jarak pagar selama ini petani kesulitan mencari pangsa pasar.
Namun, ke depan pangsa pasar tanaman jarak sudah bisa diatasi dengan adanya pengolahan buah jarak serta beberapa turunannya di Desa Pasar Sebelah, Padang Paneak, Kecamatan Kota Muko Muko Provinsi Bengkulu.

"Daerah akan kita jadikan percontohan tanaman jarak nasional, disamping pengembangan potensi lainnya di Tanah Air,"katanya.

Tanaman jarak, katanya tidak perlu membutuhkan lahan subur tetapi cukup dengan lahan tidur yang marginal, buktinya di Kabupaten Muko muko sudah dapat mengembangkan tanaman jarak dan berbagai turunannya yang dilakukan kelompok tani setempat.

Di Indoensia saat ini terdapat sekitar 7,3 juta lahan tidur, bila dimanfaatkan untuk tanaman jarak, bisa menjadi sentra produksi jarak terbesar di dunia.

Selain itu, usaha pengolahan komiditas tanaman jarak pagar bisa menampung banyak tenaga kerja cukup banyak.

Semoga kebijakan pemerintah ini menjadi harapan dan kenyataan bagi petani yang masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan.

© Copyright 2011 Perum LKBN Antara Biro Bengkulu . All rights reserved | Contact Us | About Us

Back to TOP