23 Desember 2009

WALHI: PENGHILANGAN HUTAN PANTAI AKAN MENUAI BENCANA

Bengkulu, 23/12 (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu menilai penghilangan hutan pantai dengan berbagai kepentingan akan menuai bencana di kemudian hari apalagi Bengkulu termasuk daerah rawan gempa bumi dan tsunami.

"Justru dengan kondisi seperti saat ini Bengkulu rawan bencana alam, padahal luas atau volume hutan pantai Bengkulu perlu ditambah karena berfungsi melindungi daratan dari abrasi," kata Manager Kampanye Walhi Bengkulu Firmansyah, Rabu.


Hilangnya hutan di sepanjang 525 kilometer (Km) pantai Bengkulu akibat abrasi pantai dan kegiatan di berbagai sektor pembangunan baik pemukiman dan kegiatan industri seperti eksploitasi pasir biji besi.

Abrasi pantai mengakibatkan hutan pantai di Kabupaten Mukomuko habis sehingga menimbulkan abrasi atau pengikisan daratan yang sangat parah.

"Bahkan sebagian badan jalan lintas barat yang menghubungkan Bengkulu dengan Sumatra Barat sudah amblas," katanya.

Dari pantauan Walhi Bengkulu, kondisi hutan pantai yang kondisinya masih tergolong baik hanya terdapat di Pulau Enggano Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara.

Menurut dia, letak geografis Bengkulu yang memiliki panjang pantai lebih dari 500 Km amat rawan abrasi atau penyempitan daratan sehingga perluasan hutan pantai dan penanaman cemara pantai perlu ditingkatkan untuk mencegah hal tersebut.

Hampir di sepanjang pantai tersebut juga sudah dihuni masyarakat tujuh kabupaten yakni Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Seluma, Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur.

"Kondisi ini sebenarnya menjadi alasan yang cukup logis bahwa kawasan pesisir harus dilindungi dengan memperluas hutan pantai," katanya menjelaskan.

Kondisi di lapangan, menurut dia, justru berbeda, karena sejumlah pemerintah kabupaten (Pemkab) khususnya Kabupaten Seluma dan Kaur yang mengizinkan eksploitasi kawasan pesisir dengan alasan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dari potensi tambang biji besi.

Sementara itu, Kepala Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Air Ketahun Provinsi Bengkulu Dodi Susanto mengatakan, pemeliharaan hutan di garis pantai sepanjang 500 Km di Provinsi Bengkulu mutlak dilakukan karena mampu mengurangi risiko bencana tsunami.

"Hasil penelitian dari tsunami Aceh, terbukti daerah yang hutan pantainya masih bagus, risiko tsunami bisa dikurangi," ujarnya.

Berdasarkan penelitian para ahli di Jepang, ketebalan hutan pantai 50 meter ke daratan bisa mengurangi dampak tsunami dengan ketinggian gelombang 30 meter.

Untuk itu, penghijauan kawasan pantai juga harus menjadi prioritas apalagi wilayah Bengkulu berada di sepanjang pantai Barat Sumatra yang rawan gempa dan tsunami.

"Hutan pantai Bengkulu perlu ditambah kerapatannya meski sebagian masih bagus, begitu juga kawasan hutan bakau (Mangrove) akan dipelihara dan direhabilitasi," katanya.

© Copyright 2011 Perum LKBN Antara Biro Bengkulu . All rights reserved | Contact Us | About Us

Back to TOP