11 Juli 2010

SIAPA YANG PANTAS MEMIMPIN BENGKULU? Oleh Indra Goeltom

Bengkulu, 30/6 (ANTARA) - Pemilihan kepala daerah serentak di Provinsi Bengkulu, yaitu pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur serta enam bupati tinggal menghitung hari sebagaimana ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum setempat pada 3 Juli 2010.

Meski penetapan jadwal pemilihan kepala daerah (pilkada) tersebut terjadi pro dan kontra dengan DPRD Provinsi Bengkulu, yang menilai cacat hukum karena tidak melaksanakan tahapan-tahapan pilkada sesuai UU No. 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.DPRD mempersoalkan sebab pada pasal 325 disebutkan pemungutan suara serentak bisa dilaksanakan jika selisih masa tugas kepala daerah 90 hari, namun penyelenggaraan pilkada provinsi dan enam kabupaten secara serentak pada 3 Juli 2010 terdapat selisih 104 hari.

Terlepas dari itu KPU Provinsi Bengkulu menyatakan "pasang badan" karena dengan menetapkan jadwal 3 Juli 2010 akan menghemat biaya.

KPU membuktikannya dengan mengakhiri jadwal masa kampanye lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada debat kandidat yang disiarkan langsung salah TV swasta dari Gedung Gunung Bungkuk (eks tempat pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran/MTQ Nasional XXIII) Bengkulu, Selasa malam.

Acara debat ini dipandu oleh tiga panelis, yaitu Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Politik UGM Prof. Pratikno, Dosen Hukum Tata Negara Universitas Bengkulu Dr Elektison Sumi, dan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu Riduan Nurazi.

Kelima pasang calon yakni pasangan pejabat kini atau incumbent Agusrin M Najamudin-Junaidi Hamzah, pasangan Imron Rosyadi-Rosihan Yudi, pasangan Sudirman-Dani, Sudoto-Ibrahim Saragih, dan Rosihan Arsyad-Rudi Irawan.

Pejabat kini Agusrin dalam debat mengklaim segala keberhasilan selama lima tahun kepemimpinannya (2005-2010) mendapat sorotan tajam dari empat kandidat lainnya dan malah menilai banyak program yang dilaksanakan pejabat kini mubazir dan terkesan jor-joran.

Spontan serangan balik dan cercaan empat pasang calon terhadap Agusrin membuat suasana debat menjadi riuh akibat sorakan dari masing-masing para pendukung.
Bahkan panelis juga mempertanyakan visi dan misi serta kegagalan Agusrin membangun Bengkulu selama lima tahun terakhir.

Ribuan pendukung dan berbagai kalangan masyarakat yang hadir dalam debat bisa menilai siapa yang pantas memimpin daerah ini lima tahun ke depan agar citra daerah yang melekat sebagai salah wilayah tertinggal di Indonesia bisa bangkit dan mampu mensejahterakan rakyat, serta bebas dari korupsi.

Penentuannya kembali pada rakyat (pemilih) Bengkulu pada pilkada 3 Juli 2010. Jika rakyat tidak cerdas atau salah memilih para calon, mungkin daerah yang berada di wilayah pesisir pantai barat dengan jumlah penduduk lebih kurang 1,7 jiwa ini akan terus mengalami keterpurukan.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu Riduan Nurazi menilai bahwa jalan rusak merupakan persoalan utama Provinsi Bengkulu selama ini.

"Infrastruktur khususnya jalan adalah urat nadi perekonomian dan kalau jalan dalam kondisi baik maka yang lain akan mengikut termasuk investasi, tentu selain perizinan dan kepastian hukum,"katanya.

Riduan mengatakan data yang diperoleh dari Komite Otonomi Daerah menyebutkan sejak 2003 tidak ada investasi asing yang masuk ke Bengkulu dan sebesar 75 persen sumbangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berasal dari konsumsi bukan produksi.

Namun, Agusrin membantah penilaian itu, sebab infrastruktur jalan di Bengkulu nomor tiga terbaik di Indonesia serta berhasil swasembada pangan tidak memiliki tolok ukur yang jelas atau tidak sesuai fakta.

Calon lainnya Rosihan Arsyad yang juga mantan Gubernur Sumatra Selatan, mengatakan, jika ia terpilih memprioritaskan penegakan hukum, dan pembangunan infrastruktur terutama jalan dan abrasi pantai yang selama ini sama sekali belum tersentuh.

"Malu saya ketika membaca koran lokal ada seseorang orang asing pengeliling dunia menggunakan sepeda menyebutkan jalan Bengkulu terparah setelah Kongo," katanya lalu menegaskan jika ia korupsi bersedia disiapkan peti mati.

Masih ragu

Lembaga Survei Polmark Indonesia menyebutkan 49,8 persen dari 1,2 juta orang pemilih di Bengkulu masih ragu menentukan pilihannya kepada calon gubernur dan wakil gubernur pada pemilihan kepala daerah, 3 Juli 2010.

"Dari 500 responden yang kami survei hanya tiga pasangan yang memperoleh lebih dari 10 persen pemilih dan dua lainnya kurang dari 10 persen," kata Direktur Lembaga Survei Polmark Indonesia Eep Syaefullah Fatah.

Eep yang menjadi konsultan politik salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Rosihan Arsyad-Rudi Irawan mengatakan survei dilakukan di 10 kabupaten/kota.

Tiga pasangan calon yang dipilih lebih dari 10 persen responden adalah pasangan pejabat kini (incumbent) Agusrin Najamudin-Junaidi Hamzah, pasangan Imron Rosyadi-Rosihan Yudi Trivianto serta pasangan Rosihan Arsyad-Rudi Irawan.
"Sedangkan yang dipilih kurang dari 10 persen responden adalah pasangan Sudirman Ail-Dani Hamdani dan Sudoto-Ibrahim," katanya.

Survei yang menggunakan metode acak berdasarkan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) perkabupaten/kota itu juga memperoleh data kemantapan pemilih terhadap pilihannya.

Sebanyak 62,4 persen pemilih pasangan Rosihan Arsyad-Rudi Irawan menyatakan mantap dengan pilihannya, Imron Rosyadi-Rosihan Yudi Trivianto sebanyak 53,7 persen, Agusrin Najamudin-Junaidi Hamzah 46,0 dan Sudirman Ail-Dani Hamdani 38,1 persen.

"Sebab margin eror empat persen sedangkan pemilih berada dibawah empat persen sehingga untuk pasangan Sudoto-Ibrahim tidak kami tampilkan," katanya.

Eep yang didampingi istrinya, Sandrina Malakiano, mengatakan, hasil survei yang digelar pada 12 Juni hingga 15 Juni 2010 tersebut tidak akan diekspos kepada publik tetapi menjadi bahan strategi pemenangan pasangan Rosihan Arsyad-Rudi Irawan.

Data hasil survei yang di ekspos ke masyarakat umum bisa dimanfaatkan tim kampanye pasangan lain untuk menyusun strategi pemenangan.

Sedangkan Lembaga survei Konsultan Citra Indonesia yang merupakan grup Lingkaran Survei Indonesia (LSI) juga mencatat 72 persen peserta pemilihan gubernur (Pilgub) Bengkulu belum memutuskan atau ragu-ragu untuk menentukan pilihannya.

"Berdasarkan survei kami pada 11-15 Juni 2010, para calon akan merebut 72 persen suara yang belum bersikap itu hingga hari pemilihan," kata Direktur Eksekutif Konsultan Citra Indonesia, Barkah Pattihamu.

Keraguan pemilih itu dihadapkan pada lima pilihan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yakni Agusrin M Najamudin-Junaidi Hamzah, Imron Rosyadi-Rosihan Yudi Trivianto, Sudirman Ail-Dani Hamdani, Sudoto-Ibrahim Saragih, dan Rosihan Arsyad-Rudi Irawan.

Meski Pilkada dijadwalkan pada 3 Juli 2010, namun berdasarkan responden yang dilaksanakan LSI (11-15 Juni 2010) dan dijadikan sampel sebanyak 440 orang, tercatat pasangan pejabat kini Agusrin M Najamudin-Junaidi Hamzah berada pada posisi teratas untuk merebut suara yaitu 23,4 persen.
"Responden ini kami lakukan dengan wawancara dan menggunakan kuesioner," katanya.

Sementara di posisi kedua diperoleh pasangan Imron Rosyadi-Rosihan Yudi (14,8 persen), pasangan Rosihan-Rudi (14,8 persen), Sudirman-Dani (7,0 persen), dan pasangan (calon perseorangan) Sudoto-Saragih 0,7 persen.

Pejabat kini Agusrin-Junaidi meraih suara terbanyak dari responden tersebut karena lebih dikenal dan jauh hari sudah mempromosikan diri dibandingkan dengan calon lain, sehingga ia diperkirakan pada pilkada akan mendapat dukungan lebih banyak dari masyarakat.

Namun, jika nantinya pilkada terjadi dua putaran maka pasangan Agusrin-Junaidi tidak menutup kemungkinan perolehan suaranya akan berimbang dengan calon lain.

Karena itu, Agusrin-Junaidi kini dalam kampanye menjual program bantuan pemerintah sebesar Rp1 miliar setiap kecamatan, dan mengampanyekan keberhasilan yang dicapai selama lima tahun menjabat Gubernur Bengkulu (2005-2010).

Barkah menegaskan, hasil survei LSI terkait adanya kasus korupsi yang dilakukan Agusrin tidak menjadi patokan, sebab dalam kasus itu Agusrin belum ada keputusan hukum tetap yang menjeratnya.

Apalagi, ia tidak ditahan sehingga kasus itu dinilai masih mengambang. Sementara pemilih arus bawah atau akar rumput tidak banyak tahu soal kasus korupsi Agusrin.

"Hanya kalangan menengah ke atas yang banyak tahu soal itu, sementara yang menjadi rebutan suara para calon adalah di basis akar rumput," katanya.

Tim pemenangan pasangan calon gubernur dan wakil Bengkulu Agusrin Najamudin-Junaidi Hamzah mengklaim pejabat incumbent akan unggul dengan perolehan suara 41 persen.

"Survei ini dilakukan Lembaga Survei Indonesia dan kami sebagai konsultan politik meyakini hasil ini tidak akan 'jomplang' pada pemilihan kepala daerah 3 Juli 2010," kata konsultan politik pasangan Agusrin-Junaidi, Coel Mallarangeng.

Ia memprediksi, pasangan incumbent yang diusung Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional ini unggul di delapan kabupaten dan kota.

Berdasarkan survei terhadap 410 responden, Agusrin-Junaidi unggul di Kota Bengkulu, Rejang Lebong, Lebong, Muko Muko, Seluma, Kepahiang, Kaur dan Bengkulu Selatan.

"Sementara di Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah didominasi pasangan Imron Rosyadi-Rosihan Trivianto," katanya.

Direktur Fox Indonesia ini mengatakan, hasil tersebut diyakini akan sama dengan hasil pilkada provinsi, bahkan hanya berlangsung satu putaran.

Ia mengatakan, pengalaman dari 500 pilkada di Tanah Air menunjukkan hasil survei dua pekan sebelum pemungutan suara tidak akan berbeda jauh dengan fakta di lapangan.

Untuk memastikan hal itu, Fox Indonesia juga akan melakukan penghitungan suara cepat (quick count).

Lima pasangan calon maju pada pilkada provinsi, yakni Agusrin Najamudin-Junaidi Hamzah, Imron Rosyadi-Rosihan Trivianto yang diusung Partai Golkar dan partai nonparlemen.

Pasangan Sudirman Ail-Dani Hamdani yang diusung PKS dan PKPI, Sudoto-Ibrahim Saragih melalui jalur independen dan Rosihan Arsyad-Rudi Irawan yang diusung 10 parpol, antara lain, PPP, PKB, PPD, Hanura dan PDIP.

© Copyright 2011 Perum LKBN Antara Biro Bengkulu . All rights reserved | Contact Us | About Us

Back to TOP